Akhir-akhir ini aku rakus membaca buku. Aku membaca 3 buku sekaligus, yaitu Larasati (Pramoedya Ananta Toer), A Death In Vienna (Frank Tallis), dan yang terakhir, Set-Apart Femininity (Leslie Ludy). Beberapa hari yang lalu, aku membaca sepenggal dari buku Set-Apart Femininity. Satu bagian menjelaskan saat Leslie Ludy melahirkan anak pertamanya, Hudson. Saat itu bukanlah saat yang menyenangkan bagi Leslie Ludy. Proses melahirkannya berlangsung dengan berantakan, dan baru beberapa lama dari kelahirannya, Hudson sakit parah karena tidak mampu menerima ASI dari Leslie Ludy. Saat itu seharusnya Leslie Ludy sudah kalap dan frustrasi berat, namun tenyata yang terjadi ialah sebaliknya.
Membaca cerita ini, aku sering ingat kepada saat-saat yang "gila" di sekolah. Rencana presentasi tugas gagal total. Lupa bawa pelajaran. Catatan pelajaran yang penting hilang semalam sebeum ulangan. Ulangan dadakan. Masalah pertemanan. Masalah keluarga. Atau gabungan dari semuanya menjadi satu.
Seringkali aku merasa seperti mau pingsan saja, menghilang, masuk ke lubang, sakit, apa kek, supaya aku tidak harus menghadapi hari itu. Pusing, frustrasi, perasaan campur aduk. Doa komat-kamit diucapkan. "Tuhan, semoga ini dibatalkan", "Tuhan, semoga guru itu tidak ada", "Tuhan, semoga si anu tidak marah-marah lagi", dan lain-lain. Terkadang beberapa doa tidak terjadi. Aku lalu bertanya, "Tuhan, kok doaku nggak dikabulkan sih?"
Seringkali aku menganggap ini karena kesalahanku. Beberapa merupakan hasil dari kelalaianku. Mungkin hukuman dari Tuhan. Namun, jika hal itu bukan berasal dari kesalahanku, aku jadi kesal juga. Apa yang salah? Aku meminta agar aku terhindar dari masalah yang asalnya bukan dariku. Kenapa tak ada perubahan yang lebih baik sesuai waktunya? Pertanyaan mencuat-cuat dari otakku. Aku mulai meragukan Tuhan. Tuhan, aku 'kan berdoa supaya aku tidak mengalami hal yang seperti ini lagi, tapi kenapa ini terus terjadi?
Namun sekarang aku mengerti. Tuhan tidak selamanya bekerja dengan hal yang fisik. Bagi Tuhan, hal yang utama adalah yang di dalam ini, di hati. Ketika hati sudah tenang, Tuhan mulai kerja dengan yang fisik. Seperti cerita Leslie Ludy tadi. Saat ia hampir mencapai batas, ia berdoa agar Tuhan yang mengurus segalanya. Mungkin beberapa menit kemudian anaknya tidak sembuh, tetapi hatinya tenang. Ada suatu kekuatan yang menguatkan Leslie Ludy, untuk tidak panik dan kalap. Dan memang, setelah hatinya damai, dalam waktu 24 jam Hudson pulih dan sehat kembali.
Setelah berkali-kali mengingat-ngingat dan memikirkan, memang benar juga bahwa Tuhan selalu menjawab doa kita. Kusadari pada waktu hal-hal yang tak diinginkan itu terjadi, seringkali perasaanku tidak sehancur dan sepanik saat aku memprediksi hal buruk yang terjadi. Kadang saja aku bandel dan tidak berdoa. Lalu masalah datang. Lalu frustrasi muncul. Dan aku menyalahkan Tuhan.
Hari itu (dan hari ini), aku belajar 2 hal, bahwa kerap kali Tuhan menjawab doa kita bukan dengan cara pikiran kita, dan bahwa mengikut Tuhan, percaya Tuhan, cara Tuhan bekerja, itu bukanlah dengan cara yang selamanya bersifat fisik dan logika, tetapi dengan cara yang bersifat rasa, yang mengutamakan hati. Following and believing God is not about something physical, it's the matter of heart.