Pages

Friday, July 22, 2011

Eh, Lupa!

Lauren memelototi kalender. "Kak, 4 hari lagi ada hari Valentine!"

"Kenapa emang?" Tanggap kakaknya ketus. 

"Aku mau kasih cokelat buat itu loh ci, temen sekelasku, namanya Regis!" Regis memang akhir-akhir ini dekat dengan Lauren. Selama ini Lauren hanya memberikan cokelat Valentine-nya ke sahabat-sahabatnya yang perempuan, jadi kali ini ia ingin mencoba untuk memberi cokelat ke laki-laki. Karena selama ini Regis sudah dekat dan menolong Lauren setiap waktu, Lauren pikir ia ingin membalas perbuatan Regis. "Kak, tempat jualan coklat yang enak dimana sih?"

"Alah, di Indomaret juga banyak yang bagus! Emang mau bikin sendiri apa udah jadi?"

"Bikin sendiri lah! Dimanaaaa ciii... anterin dooong..." Lauren memohon dengan muka memelas.

"Yaudah. Ntar kita ke GI deh. Gue tau tempat cokelat bagus disana."

"Eeeeh! Jangan hari ini. Besok aja deh, 'kan aku mau tau dulu, cokelat apa yang Regis suka." Muka Lauren tampak berseri-seri. Ia sangat bersemangat akan hal ini.

"Yaudah. Besok siang gue tunggu di depan sekolah."

"Sip kak!" Lauren meninggalkan kamar. Ia tak sabar untuk bercerita pada sahabat-sahabatnya.

Keesokan harinya, 3 hari sebelum hari Valentine

"Haiii!!!" Sapa Lauren kepada sahabat-sahabatnya setibanya di sekolah, Lauren menyampaikan usulnya tentang memberikan cokelat ke Regis. Usulan itu disambut dengan teriakan meriah sahabat-sahabatnya.

"Waaaaah! Seru banget tuh! Gimana kalo nanti gue ajarin bikin cokelat pas pulang sekolah?" Tanggap seorang sahabatnya.

"Tapi, gue mau belanja cokelat bareng kakak gue hari ini..." Lauren menjawab dengan risih.

"Mendingan hari ini lu belajar coklat bareng kita," tanggap seorang yang lain. "Nggak guna kalo lu udah beli cokelat tapi nggak tahu cara bikinnya. Lagian, hari ini kita mau slumber party di rumah." Memang, selama ini Lauren hanya memberikan cokelat jadi ke sahabat-sahabatnya. Ia tak pernah membuat cokelat sendiri.

"Mmm, yaudah deh! Nanti gue telepon kakak gue." Lauren menyerah.

"Nah, gitu dong! Sohib namanya kalo gitu!" Sahabat-sahabatnya memberikan dia acungan jempol.

Siang itu, Lauren menelepon kakaknya untuk membatalkan acara belanjanya hari ini. Rencana berubah!

Keesokan harinya, 2 hari sebelum hari Valentine

Lauren agak mengantuk hari ini. Ia tidur pagi setelah bermain pillow fight dengan teman-temannya. Setiap kali ia bertemu Regis, ia hampir menguap di depan wajahnya.

"Gimana cara nanti gue ngomong ke Regis? Lu pada tahu siapa yang pernah confess ke Regis?" tanya Lauren ke sahabat-sahabatnya.

"Eh, gue denger si Claire pernah confess tuh! terus diterima! Lu tanya aja sama dia." Seorang dari sahabatnya memberi jawaban.

Saat istirahat, Lauren menghampiri Claire. Mereka bercerita panjang tentang Regis. Soal Regis yang pernah di-confess dengan si anu, si itu, dan lain-lain. Tentang mantan-mantan Regis yang populer di sekolah. Dalam sekejap, Lauren menjadi detektif gosip. Ia memutuskan untuk melanjutkan pencariannya besok.

Hari itu, Lauren berbelanja cokelat dengan kakaknya. Ia membeli cokelat berlabel "chocolat parfait", yang paling mahal diantara yang lain. Namun ia tidak membuat cokelatnya hari itu. Masih ada hari esok, pikirnya. Ia tak sadar bahwa esok adalah hari terakhir sebelum hari Valentine.

Keesokan harinya, 1 hari sebelum hari Valentine

Lauren melanjutkan pekerjaannya sebagai detektif. Lama-kelamaan Lauren hanya berkumpul dengan orang-orang yang dekat dengan Regis. Sahabat-sahabatnya terlupakan.

Karena hal itu, Lauren jadi kelelahan dan menunda untuk membuat cokelat hari itu. Masih ada hari esok, pikirnya. Ia tak tahu bahwa besok ialah hari Valentine!

Keesokan harinya, hari Valentine

Lauren memasuki sekolah. Ia menjadi detektif lagi. Namun kali ini, ia agak kebingungan dengan kelasnya yang ramai-ramai hari Valentine. Ia pikir hal yang biasa untuk barbar sebelum hari Valentine.

Malamnya, ia menerima SMS dari seorang sahabatnya.

Kemana aja lo? Hari ini gue nggak ngeliat lu ngasih cokelat ke Regis.

Lauren menjawab:

Lah? Besok 'kan baru hari Valentine, dodol. Gue baru buat cokelatnya hari ini. Besok lah baru gue kasih.

Sahabatnya menjawab:

Elo yang dodol! Liat kalender. Hari ini tuh hari Valentine!

Lauren mengintip kalendernya. Ternyata benar. Hari itu hari Valentine. "Aaaaggghhh!" Lauren berteriak keras-keras. Karena sibuk mengurusi hal lain, cokelat buatannya pun tak ada artinya lagi.

Yuli

Kinara

Seorang perempuan menari di ujung lorong. Namanya Kinara.

Kinara suka menari. Kinara mencintai bintang. Karena itu Kinara hanya akan menari di depan bintang.

Kinara mau semakin dekat dengan bintang, sehingga dalam tariannya, Kinara seringkali bernyanyi pelan, "bawa aku ke bintang."

Suatu hari, Kinara yang kelelahan bermalam-malam menari terduduk menangis di ujung lorong. Seekor burung hantu berjubah menghampirinya. 

"Mengapa menangis?" tanya burung hantu.

"Aku kelelahan menari untuk bintang. Ternyata, meskipun aku menari sampai seluruh tubuhku kelelahan, bintang tetap tak datang." Kinara menangis sambil menjelaskan.

"Aku mungkin tidak bisa membawamu ke bintang, tetapi aku bisa membawamu ke bulan, mungkin." Burung hantu menggaruk-garuk kepalanya, berpikir keras.

"Untuk apa aku ke bulan? Di bulan hanya ada kehampaan. Aku benci bulan."  Kinara menggeleng-geleng lemah.

"Namun kau bisa menemukan bintang, dan mungkin bisa lebih dekat dengan bintang di sana."

"Benarkah?" Kinara membelalakkan matanya, tangisnya terhenti. Ia merasa memiliki harapan.

"Benar. Mari kutunjukkan jalannya," pinta sang burung hantu. Ia menggamit tangan Kinara, membawanya pergi.

Sementara Kinara pergi ke bulan, bintang sedang turun ke bumi, menjadi bintang jatuh yang indah.

Yuli

Mama Takut Ulat Bulu

Hari ini aku jalan-jalan ke mal bersama mama, Kezia dan Meli, adik-adikku. Kami berniat untuk mencari buku pelajaran Meli dan aku, serta membelikan mainan dokter-dokteran yang sudah dijanjikan mama ke Kezia. Hari ini pencarian kami untuk buku pelajaran payah sekali, hanya 1 untuk masing-masing kami. Setelah pusing berputar-putar mencari buku, kami memutuskan untuk me-refresh diri kami dengan mencari mainan untuk Kezia. Kami pergi ke toko "Early Learning Center".

Aku mulai mencari-cari mainan untuk Kezia--dan tentu saja, mainan yang bisa menarik untuk dicoba. Ibuku memintaku untuk menentukan mainan yang pas untuk Kezia diantara 2 pilihan. Aku berakhir memilih 1 yang mahal akibat desakan Kezia. Saat mama ingin membayar mainan Kezia sambil bergurau tentang mahalnya harga mainan, Meli menemukan mainan yang menarik. 

Mainan itu dilemparkan kepadaku. Aku menatapnya setelah tersentak (sedikit). Sebuah replika (edisi geli dan lebih besar) dari ulat bulu. Meli berbisik, "lemparkan ke mama, deh."

Aku melihatnya lagi sejenak. Karena tidak berniat untuk mengagetkan mama, aku hanya menyampirkan mainan itu ke atas tangan mama yang sedang mengetik di BB-nya.

Sejenak kemudian, aku mendengar teriakan dan loncatan dari mama. Mama kaget. Untung tidak ada kasir disana, karena kasirnya sedang mengambilkan barang belian mama.

Aku tertawa. Semua tertawa. Ternyata, mama takut ulat bulu.

Yuli

Ulangan Vs. Tidur


Aku masih ingat hari Kamis itu, saat aku sedang mengerjakan ulangan mid-semester fisikaku. Hari itu aku sangat yakin bahwa aku akan dapat nilai bagus. Pertama, aku sudah belajar ekstra keras, bahkan dari minggu sebelum ulanganku dimulai. Kedua, aku yakin bahwa aku sudah cukup TIDUR (itu masalah terbesarku) malam sebelumya, yaitu kira-kira 5 jam. Ketiga, aku sudah belajar di waktu istirahat pertama sekolahku sebelum waktu ulangan fisikaku, plus berdoa sebelum berangkat sekolah dan sebelum ulangan. Aku merasa sangat segar dan tentu saja, bersemangat!

Namun, sepertinya Tuhan berkata lain. Pada saat aku memasuki ruang ulangan, aku langsung merasa ngantuk. Aku langsung menepis perasaan itu, lalu beranjak ke tempat dudukku. Kukeluarkan semua peralatan perangku, dari pensil yang sudah diraut super tajam sampai kartu legitimasi yang sudah kupotong rapi. Lembar jawaban dan kertas ulangan dibagikan. Setelah itu, kertas soal dibagikan.

Saat aku melihat soal, aku langsung merasa percaya diri. Soalnya tidak terlalu sulit! Namun ketika soal hitungan pertama muncul, aku mulai merasa mulas. Lalu tiba-tiba kantuk menyerang. Tidak terlalu parah sih, jadi aku terus saja mengerjakan, meski ada yang sudah sepertinya teriak-teriak di kepalaku, ke toilet, ke toilet! Cuci muka! 

Saat hitungan yang benar-benar sulit (koma-komaan lagi), aku mulai agak ngantuk (lagi). Aku menatap ke jam. Wah, sudah tinggal 1 jam lagi, pikirku. Aku terus saja menatap jam, memperhatikan detik-detiknya yang berlalu. 

Tiba-tiba aku tersadar kembali, setelah guruku berbicara, "lima belas menit lagi. Ayo, di cek dulu jawabannya." Aku gelagapan melihat jam. Loh, kok 15 menit lagi! Eh, dari tadi gue gak ngapa-ngapain!! teriakku di dalam hati. Tadi 'kan gue baru ngeliat jam!

Namun, guruku sudah memastikan semua siswa di kelasku sudah selesai mengerjakan, dan mulai mengumpulkan. Malangnya nasibku. Aku baru selesai 13 soal! Secara acak aku mulai menjawab sisanya di lembar jawaban. Aku sangat menyesal melihat diriku melewatkan soal-soal mudah dengan terburu-buru akibat waktu. Guruku sambil marah-marah menungguku menyelesaikan jawaban. Bahkan, temanku tak tega melihatku mengerjakan soal yang masih bersisa 37 butir itu.

Ketika ulangan itu akhirnya berlalu, aku "mengumumkan" kekesalanku ke teman-temanku, yang menjawab dengan jawaban yang tak kalah menyedihkan. Beberapa hanya mengerjakan kurang dari 20 soal dengan benar. Aaaahh, aku merasa kalah sekali.

Beberapa hari kemudian, nilai ulangan fisika itu selesai dirilis, dan diumumkan di papan pengumuman sekolah. Aku melihat angkanya.

56.

Paling rendah seumur-umur ulangan fisikaku.

Lalu tiba-tiba guru fisikaku lewat. "Kok bisa ya nilainya jelek kayak gini? Soalnya sudah dibuat mudah, rasio pembagian nilai esai dan pilihan gandanya sudah dibuat supaya nilainya bisa bagus, tetap saja jelek. Bodoh kali ya yang mengerjakan ulangan ini sampai nilainya merah? Pasti pada nggak belajar," ujarnya selintas.

Ia mengucapkannya di depan adik kelasku. Mungkin ini hukuman dari Tuhan karena sombong untukku.

(Setelah beberapa waktu, aku baru mengetahui sendiri bahwa ternyata aku tertidur sambil membuka mata saat itu. Ada yang bisa?)


Yuli

Woohoo!!

Haiiiii... Semua! Karena gue udah absen lama banget, gue mau bayar posting gue yang bolong-bolong dengan... Tarraaaaa!!! Hasil latihan nulis gue selama SEBULAN ini. Ada banyak, dan akan gue langsung posting. Selamat membaca!

Super Cheers!!

Yuli

say it in your language.