Pages

Friday, July 22, 2011

Ulangan Vs. Tidur


Aku masih ingat hari Kamis itu, saat aku sedang mengerjakan ulangan mid-semester fisikaku. Hari itu aku sangat yakin bahwa aku akan dapat nilai bagus. Pertama, aku sudah belajar ekstra keras, bahkan dari minggu sebelum ulanganku dimulai. Kedua, aku yakin bahwa aku sudah cukup TIDUR (itu masalah terbesarku) malam sebelumya, yaitu kira-kira 5 jam. Ketiga, aku sudah belajar di waktu istirahat pertama sekolahku sebelum waktu ulangan fisikaku, plus berdoa sebelum berangkat sekolah dan sebelum ulangan. Aku merasa sangat segar dan tentu saja, bersemangat!

Namun, sepertinya Tuhan berkata lain. Pada saat aku memasuki ruang ulangan, aku langsung merasa ngantuk. Aku langsung menepis perasaan itu, lalu beranjak ke tempat dudukku. Kukeluarkan semua peralatan perangku, dari pensil yang sudah diraut super tajam sampai kartu legitimasi yang sudah kupotong rapi. Lembar jawaban dan kertas ulangan dibagikan. Setelah itu, kertas soal dibagikan.

Saat aku melihat soal, aku langsung merasa percaya diri. Soalnya tidak terlalu sulit! Namun ketika soal hitungan pertama muncul, aku mulai merasa mulas. Lalu tiba-tiba kantuk menyerang. Tidak terlalu parah sih, jadi aku terus saja mengerjakan, meski ada yang sudah sepertinya teriak-teriak di kepalaku, ke toilet, ke toilet! Cuci muka! 

Saat hitungan yang benar-benar sulit (koma-komaan lagi), aku mulai agak ngantuk (lagi). Aku menatap ke jam. Wah, sudah tinggal 1 jam lagi, pikirku. Aku terus saja menatap jam, memperhatikan detik-detiknya yang berlalu. 

Tiba-tiba aku tersadar kembali, setelah guruku berbicara, "lima belas menit lagi. Ayo, di cek dulu jawabannya." Aku gelagapan melihat jam. Loh, kok 15 menit lagi! Eh, dari tadi gue gak ngapa-ngapain!! teriakku di dalam hati. Tadi 'kan gue baru ngeliat jam!

Namun, guruku sudah memastikan semua siswa di kelasku sudah selesai mengerjakan, dan mulai mengumpulkan. Malangnya nasibku. Aku baru selesai 13 soal! Secara acak aku mulai menjawab sisanya di lembar jawaban. Aku sangat menyesal melihat diriku melewatkan soal-soal mudah dengan terburu-buru akibat waktu. Guruku sambil marah-marah menungguku menyelesaikan jawaban. Bahkan, temanku tak tega melihatku mengerjakan soal yang masih bersisa 37 butir itu.

Ketika ulangan itu akhirnya berlalu, aku "mengumumkan" kekesalanku ke teman-temanku, yang menjawab dengan jawaban yang tak kalah menyedihkan. Beberapa hanya mengerjakan kurang dari 20 soal dengan benar. Aaaahh, aku merasa kalah sekali.

Beberapa hari kemudian, nilai ulangan fisika itu selesai dirilis, dan diumumkan di papan pengumuman sekolah. Aku melihat angkanya.

56.

Paling rendah seumur-umur ulangan fisikaku.

Lalu tiba-tiba guru fisikaku lewat. "Kok bisa ya nilainya jelek kayak gini? Soalnya sudah dibuat mudah, rasio pembagian nilai esai dan pilihan gandanya sudah dibuat supaya nilainya bisa bagus, tetap saja jelek. Bodoh kali ya yang mengerjakan ulangan ini sampai nilainya merah? Pasti pada nggak belajar," ujarnya selintas.

Ia mengucapkannya di depan adik kelasku. Mungkin ini hukuman dari Tuhan karena sombong untukku.

(Setelah beberapa waktu, aku baru mengetahui sendiri bahwa ternyata aku tertidur sambil membuka mata saat itu. Ada yang bisa?)


Yuli

say it in your language.