Seorang perempuan menari di ujung lorong. Namanya Kinara.
Kinara suka menari. Kinara mencintai bintang. Karena itu Kinara hanya akan menari di depan bintang.
Kinara mau semakin dekat dengan bintang, sehingga dalam tariannya, Kinara seringkali bernyanyi pelan, "bawa aku ke bintang."
Suatu hari, Kinara yang kelelahan bermalam-malam menari terduduk menangis di ujung lorong. Seekor burung hantu berjubah menghampirinya.
"Mengapa menangis?" tanya burung hantu.
"Aku kelelahan menari untuk bintang. Ternyata, meskipun aku menari sampai seluruh tubuhku kelelahan, bintang tetap tak datang." Kinara menangis sambil menjelaskan.
"Aku mungkin tidak bisa membawamu ke bintang, tetapi aku bisa membawamu ke bulan, mungkin." Burung hantu menggaruk-garuk kepalanya, berpikir keras.
"Untuk apa aku ke bulan? Di bulan hanya ada kehampaan. Aku benci bulan." Kinara menggeleng-geleng lemah.
"Namun kau bisa menemukan bintang, dan mungkin bisa lebih dekat dengan bintang di sana."
"Benarkah?" Kinara membelalakkan matanya, tangisnya terhenti. Ia merasa memiliki harapan.
"Benar. Mari kutunjukkan jalannya," pinta sang burung hantu. Ia menggamit tangan Kinara, membawanya pergi.
Yuli